NAYLATUL FITRIYAH 18


Keyakinan dengan Agama dan Dendam yang Kupikul
Judul Buku           : Tarian sang Hudoq
Nama Penulis       : Abdillah Syafei dan Try Lestari Soemariyono
Penerbit Buku       : PT Syaamil Cipta Media
Tahun Terbit         : 2002
Tebal Halaman     : 136
ISBN                    : 979-9435-89-7




    Buku yang berjudul tarian sang hudoq merupakan buku yang berisikan kumpulan cerpen. Setiap cerpen di dalam buku, memiliki kisah yang inspiratif dan penuh nilai-nilai yang bisa diambil dan diterapkan di kehidupan sehari-hari. cerita pendek yang berjudul Tarian sang Hudoq menceritakan seorang pemuda yang selama hidupnya berada di lingkungan yang dikelilingi oleh orang-orang terpandang. pemuda itu bernama Ulaq Maho dan ia adalah orang yang memiliki kekuasaan di kebudayaan dan adatnya.

Hari itu, Ulaq Maho berkesempatan untuk memimpin upacara adat atau ritual yang biasa di lakukan oleh suku tersebut. Karena Ulaq Maho merupakan keturunan dari Dayung Semiloq, dukun paling besar di komunitas suku Mahabin, sehingga ia dipilih menjadi pemimpin upacara. Upacara adat tersebut Bernama belian. Ritual belian digunakan untuk memanggil roh sebagai upaya menolak bala dan kutukan leluhur. Upacara belian dilakukan dengan dipasangnya 121 obor bambu di sepanjang pagar. Beberapa ekor babi diikat di tiang utama. Babi-babi itulah yang akan dijadikan persembahan dalam upacara belian. Ritual belian dilakukan melalui tarian sang hudoq. Upacara malam itu dilakukan karena panen yang sedang berlimpah. Namun di hati Ulaq Maho terus merasa bersalah dan ingin keluar dari situasi tersebut.
                             
Hal itu karena, belum lama ini ia mempelajari agama islam oleh salah satu tokoh besar agama islam di tepi mahakam tersebut, Daeng Alimuddin. Ucapan Daeng Alimuddin terngiang-ngiang di benaknya bahwa tidak ada yang berhak disembah selain Allah. Terlebih lagi, Daeng Alimuddin, guru agama Ulaq Maho baru saja meninggal. Perasaan bersalah terus menggerogoti Ulaq Maho. Setiap duduk sambil merenung, ulaq maho pun dengan berani mengatakan tidak akan dan tidak bisa memimpin upacara tersebut. Orang-orang yang hadir pun langsung diam di tempat sambil melihat ke rah Ulaq Maho, begitu pula kepala suku. Kepala suku merasa dikhianati dan berkata bahwa ia boleh memilih agama apa saja, namun jangan sampai melupakan kebudayaan sendiri. Ulaq Maho terdiam dan tidak bisa mengatakan apa-apa karena ucapan dan wajah amarah kepala suku. Pasalnya, acara sudah akan dimulai dan tidak ada yang bisa menggantikan Ulaq Maho sebagai pemimpin upacara tersebut. Kemudian setelah upacara terhenti cukup lama, datangnya Milau Bajo. 
 
Milau Bajo terkenal di wilayah tersebut sebagai seseorang yang kerap iri terhadap posisi tinggi atau kekuasaan milik Ulaq Maho di sukunya. Kesempatan untuk merebut posisi Ulaq Maho pun datang tepat di depan matanya. Melihat kesempatan tersebut, Milau menghampiri kepala suku dan berusaha memprovokasi siatuasi yang terjadi. Awalnya kepala suku tidak tergoyahkan karena ia tau kebenciaan dan rasa iri yang dimiliki oleh Milau. Namun mendengar nama Daeng Alimuddin sudah membawa pengaruh buruk pada Ulaq Maho, kepala suku pun mulai termakan dengan omongan Milau. Dengan amarah yang menggebu-gebu, kepala suku mencerca Ulaq Maho dengan pertanyaan-pertanyaan untuk memastikan apakah Ulaq Maho akan tetap berada di suku wilayahnya. 
 
Hal itu dikarenakan jika seseorang sudah berusaha untuk mengkhianati leluhur nya, maka orang tersebut akan segera diusir dari kampung tersebut. Lidah Ulaq Maho terasa kelu. Namun, ucapan dan wajah Daeng Alimuddin terus muncul dalam pikirannya saat ini. Dengan mantap, Ulaq Maho mengatakan kepada kepala suku bahwa ia pun tak akan menduakan tuhannya. Mempercayai hal hal yang musyrik seperti itu merupakan penyimpangan dalam agama islam. Mendengar jawaban Ulaq Maho, amarah kepala suku semakin memuncak.
 
 Dalam situasi tersebut, kepala suku langsung menunjuk kearah seseorang. Orang itu adalah Mahmudin. Mahmudin merupakan salah satu warga di sukunya, meskipun begitu ia tetap dapat memeluk agama islam. Kepala suku menjadikan Mahmudin contoh bahwa agama islam pun tetap mengikuti rangkaian kebudayaan mereka dan tetap bisa berada di suku tersebut. Ulaq Maho berkata kepada Mahmudin bahwa ia tidak bisa terus melakukan upacara tersebut. Mahmudin menimpali bahwa Ulaq harus tetap memimpin upacara, karena tidak ada lagi yang menggantikan kehadiran Ulaq Maho.paman Ulaq Maho dan memintanya dan bersikeras untuk tetap memimpin upacara. Tak lama kemudian, upacara pun dimulai dengan terdengarnya bunyi gamelan. Namun, kepala suku terlihat gelisah bergerak kesana-kemari. Hal itu disebabkan oleh tidak ada tanda tanda kehadiran Ulaq Maho. 
 
Ulaq Maho memutuskan kabur dari situasi upacara adat tersebut. Ia kabur dan memutuskan untuk tinggal di tepi Mahakam, sama seperti tempat tinggal Daeng Alimuddin dulu, sebelum ia meninggal. Tangis Ulaq Maho pun pecah selepas ia melaksanakan sholat di sepertiga malam. Ulaq Maho meyakini dari berbagai sumber dan desas desus bahwa kematian Daeng Alimuddin disebabkan oleh Milau Bajo dan orang orang yang telah dihasutnya dan juga dengan orang-orang di luar suku Mahabin yang tidak suka melihat agama islam berkembang dan meluas di wilayah tersebut. Keputusan untuk meninggalkan kebudayaan, suku, dan adatnya bukanlah keputusan yang mudah. Namun hal itu dilakukannya dengan yakin, karena sekarang ia punya tuhan yaitu Allah yang lebih berkuasa dari seluruh makhluk yang ada di muka bumi ini. Dengan keyakinan tersebut, Ulaq Maho yakin bahwa keputusannya saat ini bukanlah keputusan yang salah, ia yakin dengan begitu Allah akan menjauhkannya dari lingkungan yang tidak benar atau yang menyekutukan Allah.
Cerita kedua dari buku kumpulan cerpen ini berjudul dalam lingkar kebimbangan. Cerita ini bermula seorang gadis yang Bernama Reva. Reva bekerja sebagai seorang wartawan. Reva sangat membenci lelaki, lebih tepatnya yaitu ayah kandungnya sendiri. Ayahnya merupakan seorang pejabat dengan kekuasaan dan popularitasnya. Ia benci melihat ayahnya karena ayah nya telah meninggalkan mama dan keluarga mereka. Ayah nya pergi menorehkan luka yang mendalam kepada keluarga tersebut dan memilih untuk pergi menikah lagi dengan seorag Wanita yang jauh lebih muda mungkin sepantaran dengan usia Reva. Mama reva berulang kali mengatakan untuk memaafkan ayahnya dan membiarkan ia hidup dengan kehidupannya sendiri. Namun berulang kali pula Reva mengatakan tidak akan pernah memafkan ayahnya yang sudah menyakiti hati mama kesayangannya itu. Ayahnya pergi dengan jabatan yang sudah ia emban, melupakan bahwa ia masih memiliki anak yang juga ditinggalkan demi harta harta yang bergelimangan. 
 
Sebagai seorang wartawan, Reva ingin berusaha untuk menemukan titik kebusukan ayahnya atau yang biasa ia panggil hanya dengan nama yaitu Hartoyo. Reva dengan tekad yang kuat ingin sekali melihat Hartoyo jatuh dan membusuk di penjara. Hal itu ia anggap lebih baik daripada Reva kesakitan melihatnya hidup dengan Bahagia atas harta harta haram tersebut. Reva semakin geram karena tahu kebusukan jiwa koruptor dalam dalam diri Hartoyo. Reva pun semakin bertekad untuk dapat membongkar hal tersebut. Saat di rumah, Mama Reva pun bertanya apakah ia tetap ingin bekerja sebagai seorang wartawan, karena waktu kerja yang tidak menentu. Mamanya khawatir karena Reva seorang perempuan. Namun adiknya, eci, menampali dengan wartawan merupakan pekerjaan dengan gaji yang kecil. Begitu pula dengan kakaknya, kak rian, yang ingin menampali dengan hal yang sama. Bahwa reva harus mulai mencari pekerjaan dengan gaji yang lebih besar agar hidup kelurga mereka bisa lebih terjamin. Namun Reva meyakinkan bahwa ia bisa menjaga dirinya sendiiri meskipun ia seorang perempuan. Malam itu, reva dan sekeluarga tertawa Bersama dan menikmati malam dengan menghabiskan dengan mengobrol, bermain dan hanya sekedar bercerita kepada satu sama lain saja. 
 
Dengan hidup yang hanya bergantung dengan pekerjaan mama saat itu, Reva bisa lulus sarjana hukum. Ketika semua temannya sibuk memilih untuk menjadi pengacara, untuk mendirikan kantor penagcara, namun Reva lebih tertarik menjadi seorang wartawan. Waktu yang ditunggu oleh Reva pun datang juga. Dengan tulisan yang penuh dendam kebencian yang ia tulis di koran harian nya yang cukup ternama, ia berhasil membawa banyak perhatian pers dan menjebloskan hartoyo ke penjara. Pada saat pers, Hartoyo mengatakan bahwa Reva Nuraini merupakan anak kandungnya, namun dengan cepat Reva tidak mengakui kebenaran tersebut. Rekan sesama wartawan pun menghujaninya dengan banyak pertanyaan. Tak lama setelah menikmati momen tersebut, Eci, adikku menelepon dan mengatakan bahwa mama masuk rumah sakit. Seolah olah hatiku tercekat selama beberapa detik, namun aku segera menyadarkan diriku Kembali agar bisa segera melihat keadaan mama saat ini. Dengan tergesa-gesa Reva segera pergi menuju rumah sakit tempat mama di rawat. Di rumah sakit, Reva pun menangis dan bertanya ada apa hingga mama bisa masuk rumah sakit. Namun dengan tangisan pula, mama reva tidak menanggapi hujanan pertanyaan kepada dirinya itu. 
 
Mama reva mengatakan agar reva untuk berhenti melakukanhal hal untuk menjatuhkan papa nya. Mama reva meminta untuk reva memaafkan saja papanya. Reva marah, dengan situasi dan kondisi seperti ini terbaring di ranjang rumah sakit, bisa bisanya mama reva masih memikirkan mengenai perasaan papa atau Hartoyo. Reva mengatakan untuk apa melakukan hal tersebut? Memaafkan papa nya. Yang reva Yakini selama ini adalah papanya merupakan orang yang jahat yang tidak pantas menerima maaf darinya. Namun, mama dan adiknya berkata bhawa ketika reva sibuk kuliah papa nya datang kerumah dan berusaha untuk meminta maaf dan juga memberikan uang untuk menghidupi keluarga yang ia tinggalkan di masa lalu. Namun, mama reva menolak uang tersebut. Dengan amarah dan ketidakpercayaan atas cerita tersebut, reva pergi dan Kembali kerumahnya. Dengan kondisi yang campur aduk, reva mulai memikirkan apakah perbuatannya selama ini adalah hal yang benar? Karena bagaimanapun Hartoyo tetaplah ayahnya. Di saat ia tertidur, terdengar dering telepon dari pimpinan redaksinya. Reva pun bertanya dan menduga akan ada kasus yang harus ia lakukan. Namun, itu ternyata berita tentang ayah kandungnya, Hartoyo. Pimpinannya mengatakan bahwa ayah Reva berusaha untuk mengakhiri hidupnya dan meminta Reva segera pergi ke Lembaga permasyarakatan karena kondisi papanya sudah kritis. Tubuh Reva pun bergetar karena ketakutan dan berpikir bahwa ia lakukan selama ini adalah kesalahan yang amat besar. Ia tidak ingin menyesalinya dengan kepergian papanya, reva pun pergi ke Lembaga permasyarakatan dan berharap keajabain berada Bersama mereka. Agar Reva masih bisa meminta maaf sebelum hal yang tidak diinginkan terjadi.


Komentar

  1. Buku yang berjudul Tarian Sang Hudoq merupakan buku berisi kumpulan cerpen inspiratif. Cerpen pertama yang berjudul Tarian Si Hudoq berisi tentang perang batin dari pria bernama Ulaq Maho yang merupakan keturunan dari Dayung Semiloq, dukun paling besar di suku Mahabin. Dia menemukan agama islam dari guru agamanya, Daeng Alimuddin. Gurunya meninggal karena dibunuh oleh Milau Bajo, orang yang memiliki rasa iri hati padanya. Ulaq Maho terancam untuk diusir dari kampungnya jika tidak ingin melaksanakan ritual leluhur mereka.

    Cerpen yang kedua berjudul Lingkar Kebimbangan bercerita tentang seorang mahasiswa bernama Reva yang memiliki dendam terhadap ayahnya yang telah bercerai dengan Ibunya. Selepas lulus dari sekolah hukum, Reva menjadi wartawan untuk menerbitkan artikel yang dapat memasukkan ayahnya ke penjara. Namun ternyata, ibunya justru jatuh sakit setelah terbitnya artikel itu dan menceritakan kebaikan ayahnya. Reva segera pergi ke lembaga pemasyarakatan agar dia tidak kehilangan ayahnya.

    Kelebihan dari resensi ini adalah penjelasan dari kedua kisah yang mendetail, jadi kita dapat mengerti seluruh isi cerpen tanpa harus membaca buku tersebut secara langsung. Hal ini juga mendapat jadi pertimbangan ketika kita hendak membeli sebuah buku karena dalam buku tersebut masih terdapat banyak cerpen-cerpen inspiratif yang menarik. Bahasa yang digunakan juga sangat lugas dan jelas. Kita tidak perlu berpikir dua kali untuk memahami makna dari resensi tersebut.

    Kekurangan dari resensi ini adalah jarak antara baris yang sangat sempit sehingga agak kurang nyaman untuk dibaca. Paragraf dari resensi juga banyak yang tidak dipisah secara benar dan dijadikan dalam satu paragraf. Dalam resensi juga tidak disebutkan mengenai siapa yang cocok untuk membaca cerpen tersebut jadi kita tidak memiliki informasi tentang batas usia atau usia yang cocok.

    Saran untuk resensi ini adalah membatasi baris dengan jarak yang lebih banyak. Pembagian paragraf juga sebaiknya dibuat berdasarkan kalimat utama dan inti paragraf, jangan dijadikan seluruhnya menjadi satu. Sebaiknya informasi mengenai buku seperti rekomendasi usia yang cocok dan dimana kita bisa mendapatkan buku ini juga disertakan.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

BULAN AQEELA KYANDHINI 06