BULAN AQEELA KYANDHINI 06
perjuangan kaum muslimin melawan pasukan salib
Judul Buku : The Chronicles of Ghazi
Nama Penulis : Sayf Muhammad Isa & Felix Y. Siauw
Penerbit Buku : Mizania
Tahun Terbit Buku : 2014
Tebal Halaman : 305 halaman
ISBN : 978-602-1337-04-2
Novel yang
di tulis oleh Sayf Muhammad Isa dan Felix Y. Siauw ini menceritakan tentang
perseteruan diantara dua tokoh utama dalam novel ini yaitu Muhammad Al Fatih dan
Vlad Dracula pada perang salib. Muhammad Al-Fatih atau Mehmed, merupakan
seorang pemimpin yang telah memimpikan akan menaklukkan benteng konstantinopel
sejak ia kecil. Ayahnya telah menitipkan janji Rasulullah 800 tahun yang lalu
terhadap Mehmed sedari dia masih berada dalam kandungan. Sedangkan Count Vlad
Dracula, merupakan seorang ksatria anggota ordo naga yang merupakan ordo
kesatria Kristen yang dibangun Kembali oleh Sigismund sendiri. Kedua tokoh ini
telah hidup Bersama sejak mereka kecil. Vlad merupakan tawanan di kesultanan
utsmani tetapi ia diperlakukan dengan sangat baik Bersama dengan adiknya, Radu.
Kisah
dimulai dari Sultan Bayazid melihat kota Oryohovo, sebagai bekas dari sebuah
medan perang. Sultan Bayazid melihat banyaknya jasad dari pasukan kaum muslim
yang tergeletak begitu saja sesuai dengan kondisi terakhir mereka terbunuh dan
tidak dikubur sama sekali, padang rumput di hadapan Kota Oryohovo telah
dibasahi oleh darah darah. Tidak hanya jasad pasukan turki utsmaniyah saja yang
ia temui, melainkan jasad anak anak kecil dan juga jasad Wanita yang telah
dibunuh oleh pasukan salib di dalam masjid tergeletak begitu saja. Sultan
Bayazid semakin geram dan menangis Ketika melihat Dogan Bey, dalam keadaan
disalib dengan kedua tangannya yang direntangkan dan dipaku. Dogan Bey
mengucapkan kata kata terakhirnya kepada Sultan Bayazid untuk melindungi kaum
muslim di Kota Nicopolis. Muhammad Bey, pemimpin dari Kota Nicopolis tidak
mengetahui bahwa kotanya telah menjadi incaran pasukan salib sebelum diberitahu
oleh anak buahnya mengenai pasukan salib yang telah mendirikan tenda kemah di mulut
Celah Shipka. Ribuan pasukan salib telah mengepung Benteng dan Tembok Kota
Nicopolis di bagian dbawah dan menyoraki melontarkan kata kata keji, kotor dan
kasar yang berisi penghinaan terhadap agama islam, Rasulullah dan Allah. Mereka
telah mengepung dengan berjajar mengelilingi tebing sampai jalan setapak di
belakang tebing yang berbatasan dengan sungai Danube. Tidak hanya mengepung,
mereka juga mengencingi Gerbang dan Kota Nicopolis lalu tertawa sangat puas
atas aksi kotor yang mereka lakukan tersebut.
Tentara salib memiliki rencana licik dalam pengepungan yaitu menghalangi jalannya masuk perdagangan dari semua jalur masuk sehingga masyarakat di dalamnya akan kekurangan bahan pasokan makanan dan membuat mereka mati kelaparan atau menunggu mereka menyerah tetap berada di dalam tembok. Disaat Nicopolis dirundung kegelapan di dalam tembok, Hamed Bey tegak di hadapan gerbang besi kota. Wajah Hamed Bey keruh, dia menatap apa yang dilakukan tentara salib di depan gerbang. Tangannya menggenggam scimitar, gemetar dengan emosi., alisnya melengkung, dan dia diam saja. Aslan dan Yazed berdiri di kanan-kirinya, merasakan emosi yang sama. Garnisun tentara Khilafah pun bersiaga menjaga gerbang itu dengan senjata terhunus. Antara mereka dengan ten-tara salib hanya dibatasi tembok dan gerbang besi. Kalau tak ada semua itu, pertempuran pasti telah pecah da-ri tadi. Semua tentara Islam geram dan muak, tak kuat mendapatkan berbagai hinaan atas Allah dan Rasul-Nya, serta agama mereka yang dilontarkan oleh tentara salib. Namun, mereka tetap bersabar menaati perintah. Saat matahari terbit, perang pun dimulai. Pekikan pujian dari pihak pasukan salib telah bergema. Hamed Bey memimpin semua kekuatan di Nicopolis untuk melawan serangan tentara salib. Dia bersembunyi di balik pos penjagaan gerbang kota. Para prajurit Muslim berlindung di balik tembok-tembok dan bangunan-bangunan di seki-tar gerbang kota. Mereka tersebar di berbagai tempat di sana dengan crossbow terhunus. Baku tembak panah meletus antara pasukan Muslim dengan pasukan salib. Panah-panah itu melesat melewati celah-celah di Gerbang Kota Nicopolis dan melintasi tembok kota. Tubuh-tubuh tentara salib pun mulai bermunculan di atas tembok kota. Mereka mendaki tembok dengan tangga-tangga kayu yang telah mereka persiapkan beberapa hari yang lalu. Tembok kota dan gerbang menjadi penuh tentara salib yang mendarat di puncaknya. Melihat kondisi tembok kota dan gerbang penuh dengan tentara salib, para tentara khilafah memulai serangan mereka dengan menembaki para tentara salib dengan panah panah mereka. Tidak lupa, sang pemimpin Nicopolis, Muhammad Bey membidik para tentara salib dengan kemampuan panahnya yang tepat. Matanya tertuju kepada seorang tentara salib yang seenaknya baru saja menaiki tembok sambal menghunuskan pedangnya. Dengan mata yang masih terkunci kepada tentara tersebut, sedetik kemudian ia menarik pelatuk crossbownya dengan berzikir dan atas kuasa Allah, tidak ada satupun anak panah yang meleset. Selalu mengenai sasaran. Aslan, dengan scimitar yang ia pegang dengan erat di kepalan tangannya, sembari bertakbir menerjang semua tentara salib yang ia temui yang berhasil mendarat di kota setelah melompat dari atas tembok.
. Melihat aslan yang menghunuskan pedangnya sembari berlari ke arah mereka, tentara salib tersebut juga turut mengeluarkan pedangnya dan kedua bilah pedang tersebut bertemu dan saling berdentingan. Dengan lihainya, Aslan mengayunkan kaki kanannya dan menendang musuh musuhnya sehingga menyebabkan mereka jatuh terjengkang ke belakang. Dengan cepat, sebelum tentara tersebut mampu bangun, Aslan menghunuskan scimitarnya dan menusukkan senjatanya di perut tentara salib tersebut yang menyebabkan musuhnya mati di dekat tembok Nicopolis. Aslan mengedarkan pandangan sambil mencabut pedang dari perut musuhnya. Dia melihat semakin banyak tentara salib yang mendarat di Kota Nicopolis. Dengan sabar, tentara Islam menyambut pasukan salib dengan kilatan scimitar mereka. Sebagian tentara Islam yang lain terus menembaki tentara salib yang bermunculan di te-bok kota. Pertempuran sengit yang mematikan pecah di selitar Tembok dan Gerbang Kota Nicopolis. Melihat suasana yang semakin memanas, Aslan mengobarkan semangat para tentara muslim dengan pujian kepada Allah.
. Dengan semangat
yang berkobar, ia menghancurkan satu persatu pasukan salib yang menjejakkan kaki di Kota
Nicopolis. Sambil bersandar rapat di dining pos penjagaan gerbang, Hamed Bey
berteriak memberi komando. "Pasukan panah pertahankan posisi! Tembak terus
musuh di tembok!!!" Hamed Bey melihat pasukan panah terdorong untuk turun
membantu menahan serangan pa-sukan salib yang merambah masuk Kota Nicopolis.
Namun mendapatkan komando seperti itu, mereka tetap bertahan di posisi. Crossbow
diselempangkan di punggung, Hamed Bey kemudian mencabut scimitar dan bergabung
dengan per-tempuran yang pecah di dekat tembok untuk menahan serangan tentara
salib yang berhasil masuk kota. Hamed Bey berlari, dan dengan cepat menusukkan
scimitar ke perut seorang tentara salib di depannya. Lalu, dia menikam seorang
lagi, menebas seorang lagi, kemudian seorang lagi, hingga tak terhitung.
Di sebuah
atap rumah yang tingginya sejajar dengan Tembok Kota Nicopolis itu, Yazed
berlutut sambil mengarahkan ujung crossbow kepada musuh-musuh di atas tembok.
Telunjuk kirinya siap di pelatuk crossbow, tangan kanannya menggenggam laras
dengan elegan. Pandang-annya terfokus kepada musuh. Dia menarik pelatuk itu dan
panah melesat menembus jantung musuh. Mulutnya membisikkan zikir dan gumaman
doa. Dia siapkan lagi anak panah ke dalam laras crossboro, lalu mencari
sasaran.
Buku ini menceritakan tentang perseteruan yang terjadi antara dua tokoh yaitu Muhammad Al-Fatih dan Vlad Dracula pada perang salib. Kisah ini bermula saat Sultan Bayazid yang sangat geram dengan banyaknya jazad yang terdampar dikarenakan perang yang baru saja terjadi. Namun tentara salib dengan bangganya membuat kekacauan tersebut. Para tentara salib menghina Allah dan Rasul, hal itu membuat masyarakat muslim sangat kesal namun mereka masih menahan diri hingga perang dimulai. Saat perang dimulai, Hamed Bey, pemimpin pasukan islam langsung berfokus pada tentara salib yang sangat seenaknya. Setiap panah yang ia lontarkan selalu membidik dengan tepat, ia selalu mengucapkan nama Allah setiap ia membidik. Tak putus asa, para pasukan muslim terus berjuang dengan selalu memberikan pujian pada Allah.
BalasHapusKelebihan dari resume ini adalah ceritanya yang menginspirasi masyarakat islam untuk terus berjuang atas nama islam. Kisah ini menginspirasi untuk terus Kembali kepada Allah dan mengingat bahwa Allah adalah pelindung yang kekal.
Kekurangan dari resume ini adalah format penulisan yang tidak sesuai dengan petunjuk. Selain itu juga, dijelaskan bahwa buku ini menceritakan perseteruan yang terjadi antara Muhammad Al-Fatih dan Vlad Dracula pada perang salib. Namun pada cerita selanjutnya tidak menjelaskan perseteruan yang terjadi antara Muhammad Al-Fatih dan Vlad Dracula. Justru menjelaskan tokoh lain seperti Hamed Bey dan Sultan Bayazid.
Saran dari saya untuk kekurangan dari resume ini adalah seharusnya cerita menjelaskan sesuai dengan gambaran awal yang tercantum. Sehingga gambaran awal dan ceritasselanjutnya bisa selaras dan lebih enak untuk dibaca.