NASHWA ZAFIRA YASMIN NUGROHO 17

Judul Buku                 : 20 Cerpen Indonesia Terbaik 2008 (“Sepotong Tangan” hal 165)

Nama Penulis             : Ratih Kumala 

Penerbit Buku            : PT Gramedia 

Tahun Terbit Buku     : 2008

Tebal halaman            : 204 halaman

ISBN                          : 978-602-291-664-2

 

 

 

 


 

 

 

 

Cerpen “Sepotong Tangan” karya Ratih Kumala merupakan salah satu judul cerpen yang ada di dalam buku kumpulan cerpen “20 Cerpen Terbaik Indonesia 2008”. Cerpen ini menceritakan tentang kesetiaan seorang suami terhadap istrinya. Hubungan mereka mengalami masa pahit. Sudah tiga puluh tujuh tahun, dan tak ada satu anak pun yang lahir dari rahim sang istri. Mereka tidak bisa menjadi orang tua karena istrinya tidak dapat memberikan keturunan. Istrinya selalu mengikuti kemanapun lelaki itu pergi, kekhawatiraannya akan memungkinkan suaminya berpaling dengan perempuan-perempuan lebih muda dan lebih subur. Dengan ketulusan ketulusan cinta suaminya tetap membiarkan istrinya menggenggam tangannya, ia tetap setia mencintai dan menemani sang istri hingga masa tua. Tahun demi tahun mereka sedikit menguburkan impian purba mereka yaitu tidak memiliki anak. Entah bagaimana rumah mungil mereka telah penuh dikunjungi dengan kucing yang betah berkumpul dirumah itu. Padahal dulu, mereka tidak ingin memiliki kucing karena selalu berpijir bahwa bulu kucing tidak baik bagi pernapasan anak. Tak ada satu pun kucing yang diusir oleh mereka, semua kucing bebas mendatangi rumah nya. Istrinya senang dengan kucing yang mendatanginya, ia selalu membeli dan berlangganan dengan tukang susu yang banyak untuk kucing-kucing itu. Dan bertahun-tahun kemudian hingga pagi saat perempuan itu tak lagi bangun dari tidurnya, tukang susu masih mengantar dua krat susu segat dalam botol yang ia letakkan di depan pintu rumahnya. Kucing-kucing tersebut mengeong-ngeong menuntut minuman pagi mereka yang biasanya selalu diberikan oleh perempuan itu. Suaminya masih menunggu istrinya bangun, ia merasa damai melihat wajah istrinya, ada rasa syukur yang menyelip di hatinya karena memiliki perempuan itu dalam hidupnya dan ia tidak ingin berpisah. Lama ia menunggu perempuan itu tak kunjung membuka mata. Kemudian ia mengenggam tangan peremuan itu dingin. Ia mulai curiga, ada yang salah pada perempuan terkasihnya. Kemudian ia menggunacang lembut tubuh perempuan itu untuk membangunkannya, tetapi ia tak kunjung bangun, ia mengguncangkan tubuhnya lebih keras lagi. Mata tua nya itu tidak terbuka dan menyentuk wajah istrinya dingin. Lelaki itu mencoba merasakan napas dari hidung istrinya, tetapi ia tidak merasakannya. Saat itu lah dia tahu, bahwa ia kini ia di rumah hanya dengan kucing-kucingnya saja. 

 

Ia diuji sang istri meninggal, yang membuat lelaki tersebut menangis hebat sambil tak henti memanggil-manggil nama istrinya. Kucing-kucing terius mengengong-ngeong, seperti mencoba bangunkan tuannya. Perempuan itu tetap tak bangun. Lelaki itu keluar dari kamarnya, mengamti ruangan yang kini terasa kosong. Kucing-kucing yang bersebaran di sekitar ruangan. Tak ada lagi kopi susu hangat, tak ada telur orak-arik, tak asa istrinya. Beberapa jenak kemudian, lelaki itu bingung apa yang harus dilakukannya kini, ia baru menyadari bahwa selama ini istrinya yang selalu mengurus dirinya dan selalu hidup bersama istrinya .Ia bingung merasa hampa. Kemudian dia bingung harus mengurusi jasat istrinya yang masih dengan gaun tidur yang tergeletak dengan mata terpejam di ranjang. Akhirnya ia berfikir untuk mencari pertolongan dan bingung yang keadaannya yang selalu ditemani sang istri sudah menjadi kebiasaannya. Ia berpikir keras, ia belum pernah menangani orang mati. Lelaki itu memutuskan meminta pertolongan seseorang, tetapi pertama-pertama ada yang harus dia lakuakn terlebih dahulu karena tak mungkin dia sanggup berpergian sendirian, apalagi keadaannya tengah terguncang. Selama ini dia selalu berpergian dengan istrinya, saling berpegang tangan. Kemudian dia meuju ke gudang untuk mengambil gergeaji mesin lalu kembali ke kamar. Ruangan gemuruh dengan gergaji mesin saat lelaki itu menekan tombol ‘on’ untuk menyalakan alat pemotong kayu. Diraihnya lengan kanan istrinya, jari manisnya yang masih berhias cincin perkawinan mereka. Kemudia ia memutuskan untuk memotong tangan sang istri tepat di siku sebagai tanda bahwa ia masih ditemani sang istri. Darah yang belum betul-betul kental muncrat. Merah mewarnai gaun tidur dan sprei lantai. Ia membawa tangan istrinya untuk menemani keluar meminta pertolongan orang mati sambil membawa tangan tersebut. Mobil melaju. Ia meninggalkan kucing-kucing dan rumah pintunya tak dikunci. Lengan istrinya terus digenggam olehnya. Darah memercik ke pakaiannya, ia tak peduli dengan itu. Ia terus bertanya-tanya dengan akan kemana kah ia pergi pada lengan istrinya. 

 

Kemudian ia mengunjungi ke rumah saudaranya untuk meminta pertolongan, sesampainya semua saudara terkejut dan pisang mengetahui apa yang dilihat oleh mereka. Anak-anak adik iparnya yang tadinya hendak menyambut dengan kedatangannya dengan ceria, tiba-tiba berteriak keras dan masu ke rumah menemui ibunya, mangadu bahwa paman mereka datang membawa tangan. Hal itu terjadi karena saudaranya mengira bahwa ia telah melakukan sebuah pembunuhan sadis. Setelah lelaki tua itu sadar, Ia sudah berada di kantor polisi dan sudah terdapat banyak wartawan yang mengerumuninya untuk mengumpulkan data yang akan dijadikan berita dalam koran kriminal. Dengan pelan dan masih dalam keadaan sedih, ia memaparkan kronologis kejadian, serta ia mengklarifikasi bahwa tindakannya bukanlah merupakan sebuah pembunuhan. Lelaki tersebut memohon pertolongan sambil menangis untuk menguburkan istrinya yang meninggal. Tangannya tak lepas menggenggam lengan istrinnya. Namun semua orang masih dibingungkan dengan pemotongan tangan yang ia lakukan kepada istrinya. Lelaki itu kebingungan dengan ulah adik iparnya, keributan terjadi. Orang-orang berkumpul, semua tersentak dengan pemandangan yang mereka lihat : laki-laki tua yang pingsan dengan sepotong tangan tergeletak di sebelahnya. Kemudian saat lelaki itu tersadar, ia sedang berada di kantor polisi setelah ia dipukul oleh wartawan yang mengerumuninya. Tangan istrinya yang dibawa olehnya sedang diotopsi. Mereka telah memeriksa rumahnya dan menemnukan mayat istrinya yang tergeletak tanpa tangan kanan di kamar. Wartawan mengambil banyak foto untuk diberitakan besok : ‘Seorang Kakek Memotong Tangan Kanan Istrinya Hingga Tewas.’ Begitulah yang diduga oleh orang, bahwa lelaki tua itu gila yang tidak mempunyai anak memotong tangan istrinya dengan gergaji mesin hingga istrinya tewas yang mungkin karena kehabisan darah, mungkin karena serangan jantung akibat kaget lengannya dipotong, dan mungkin juga akibat mati ketakutan. Sebuah berita pembunuhan. Lelaki itu berteriak “Tidak!” dan menjelaskan bahwa ia memotong lengan istrinya saat istrinya sudah meninggal karena harus mencari pertolongan, dengan air matanya yang menetes. Kemudian ia langsung dinterogasi mengapa ia tidak pergi sendiri dan harus memotong tangan istrinya itu. Polisi masih khawatir dengan lelaki itu apakah mayat istrinya diperlakukan baik atau tidak. Lelaki itu menjelaskan ia selalu kemana-mana, karena membawa mayat sangat berat, dan ia tidak mau menakuti orang lain yang melihatnya, maka ia membawa tangannya. Tetapi, keluarga besar mendiang istrinya tidak oercaya dengan alasan yang di jelaskan oleh lelaki itu. Mereka menangis keras atas kematian anggota keluarga mereka yang tragis, dan merasa kasihan dengan kemalangan perempuan itu sebab ia telah menikah 37 tahun dengan laki-laki gila. Lelaki itu ingin memakamkan istrinya dengan layak tapi tidak tahu harus berbuat apa karena ia bingung tanpa istrinya, dengan wajah yang sangat sedih serta air matanya mengalir. Orang-orang pun tetap tidak percaya. Seorang petugas polisi kemudian memasuki ruangan untuk menyerahkan selembar surat kepada petugas di ruangan yang sedang mengintrogasi. Hasil otopsi yang sudah datang tersebut dibacakan di depan semua yang berada di ruangan. Menyatakan bahwa lengan tersebut dipotong beberapa jam sesudah perempuan itu mati terlebih dahulu. Kematiannya bukan karena dibunuh, melainkan karena perempuan itu memiliki kanker stadium akhir yang sudah menahun dan tidak terdeteksi ataupun dirasakan oleh tubuh perempuan tersebut.


Gadis kecil yang juga keponakannya dan kebetulan berada di situ diam-daim maju ke kerumunan dan bertanaya. "Paman, kenapa Paman memotong tangan Bibi? Sekarang Bibi jadi meninggal." Wajahnya yang sedih dan ada sisa tangis di pipinya. Seluruh wartawan memerhaatikannya. Mengarahkan kamera dan mikrofon ke gadis kecil itu agar diketahui oleh semua orang. Gadis itu adlah anak kecil dari adik iparnya yang paling muda. Lelaki itu berkata "Aku tidak memotong tangannnya sebelum dia meninggal, Nak. Tak mungkin aku tega berbuat begitu, aku sangat mencintai isttriku. Aku memotongnya setelah dia meninggal dan aku tidak bisa hidup tanpa dia. Aku tidak mungkin pergi cari bantuan dengan membawa mayatnya, terlalu berat untukku. Maka aku memutuskan membawa tangannnya saja. Sebab aku butuh kekuatan dari peremouan yang sangat kucintai... aku ingin menggenggam tangannya agar aku kuat". Kemudian keponakan kecil itu memandangi pamannya, dan ia mengatakan bahwa jika gadis itu mempunyai suami kelak nanti, ia ingin mempunyai seperti pamannya.





Komentar

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. 03_Anisa Chandra
    Cerpen diatas menceritakan tentang seorang suami istri yang tidak memiliki anak hingga mereka tua, meskipun begitu kehidupan mereka sangat bahagia karena dengan kekurangan yang mereka miliki mereka tetap mencintai satu sama lain, hingga suatu saat sang istri meninggal, sang suami yang hidup berdua dengan istrinya itu saja berusaha meminta pertolongan kepada orang-orang dengan memotong tangan si istri sebagai bukti istrinya dalam keadaan meninggal, namun karena hal ini sang suami dituduh sebagai pembunuh istrinya, namun hal itu tidak dapat dibuktikan dan berakhir sang suami tidak bersalah.
    Kelebihan dari cerpen diatas adalah Bahasa yang digunakan gampang dimengerti dan terdapat pribahasa yang unik namun tetap mudah dipahami, alurnya juga maju dan jelas sehingga tidak membinggungkan pembaca. Sedangkan, kekurangannya dari segi resume mungkin hanya kesalahan-kesalahan kecil seperti terdapat kata berulang ataupun kata yang salah ketik, dan jika dari cerpen yang saya baca diatas, ketika saya membacanya, saya tidak merasakan perasaan apapun mau itu sedih, bahagia, dll. Menurut saya ceritanya kurang realistis untuk dijadikan novel.
    Saran dari saya adalah penulis resume bisa memperhatikan penulisan kata-kata yang kurang tepat lebih teliti dan cerita dari cerpen lebih realistis lagi.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

BULAN AQEELA KYANDHINI 06