ALISA CANDRA HANDAYANI 02

Teman yang Pergi


Judul Buku      :Kind-Looking Eyes

Nama Penulis  :Ahmad Tohari

Penerbit Buku  :PT Gramedia Pustaka Utama

Tahun Terbit     :2015

Tebal Halaman :191

ISBN                 :978-602-03-1520-1



Cerita pertama pada novel kind looking eyes ini berisi tentang seorang pengemis buta bernama Mirta yang berusaha keras untuk bertahan hidup dibawah teriknya matahari. Ia hanya tinggal disebelah kereta api dengan kulit yang sudah terlihat gosong. Nampak bahwa ia mulai cemas dan tak tahan lagi, bagaimana tidak, makanan jarang masuk ke perutnya. Sebenarnya mirta memiliki tarsa untuk mengarahkannya kemanapun, namun Tarsa tampaknya tak terlalu membantu dan justru selalu bersifat egois dengan Mirta, ia hanya memanfaatkannya dan selalu mementingkan dirinya sendiri.Tarsa pernah meninggalkan Mirta yang sedang sangat lelah hanya untuk membuat Mirta membelikannya segelas lemon jus. Sebelumnya ia juga sengaja membuat Mirta menginjak kotoran anjing yang ada di jalan. Tarsa juga pernah mengancam akan mendorong Mirta ke selokan besar jika mirta tidak memberinya rokok. Hal tersebut membuat Mirta tak mau lagi mengandalkan siapapun, apalagi orang seperti Tarsa. Ia pun mencoba sendiri untuk bertahan dengan keadaan setengah sadar dan tak mencoba memanggil tarsa lagi. Kali ini ia benar-benar tak mau meminta bantuan dari Tarsa. Air liurnya sudah terasa pahit. Ia mencoba mengusap wajahnya untuk mendinginkannya. Namun matahari semakin terik dan mulai menusuk kepalanya. Ia merasa kepalanya berputar dan tubuhnya mulai goyah. Mirta pun mencoba untuk pindah ke tempat yang lebih teduh. Setelah pindah, ia mencoba untuk terus bangun dan tidak tertidur, belum sempat ia setengah berdiri kesadarannya pun hilang.


Tak lama setelahnya, Mirta Kembali sadar. Ia pun Kembali berjalan untuk membuat tubuhnya terus bergerak dan tak Kembali tidur. Beberapa Langkah setelah itu, Mirta menabrak sebuah sepeda yang diparkirkan di taman sekitar itu. Ia tergeletak disebelah sepeda yang ditabraknya. Kepalanya semakin berputar dan tubuhnya tak sanggup lagi bergerak. Tarsa yang melihat mirta tergeletak tak berdaya langsung menghampirinya. Bukan karena kasihan dengan Mirta, tarsa malah menanyakan lemon jus kepada mirta. Namun untuk berbicara saja pun mirta sudah tak sanggup lagi, hal itu membuat ego tarsa yang awalnya tinggi menjadi turun. Melihat keadaan mirta, tarsa langsung secepatnya membawa mirta ke tepi jalan. Dari kemarin, mirta dan tarsa tak memiliki banyak pendapatan sedangkan tubuh mirta kini semakin goyah. Telinganya mulai tak mendengar, bibirnya juga mulai memucat. Tarsa terus memanggil mirta untuk mulai mengemis karena kereta eksekutif akan datang. Perkataan tarsa sama sekali tak dihiraukan oleh mirta. “ini salahmu. Aku pikir kamu bodoh. Kamu emang gak bisa ngemis”. Perkataan itu pun memicu perdebatan hebat antar keduanya. “ udah kubilang! Aku lagi ngga mau ngemis hari ini. Kamu gak lihat apa ini kereta eksekutif?  Pengemis kan gak bisa naik kereta eksekutif, tunggu yang ekonomi aja lah” ucap mirta. Tak lama setelahnya kereta ekonomi tiba. Tarsa segera mambangunkan mirta yang terlelap dari tadi. Namun mirta sama sekali tidak memberikan respon apa-apa. Tarsa mengguncang mirta lebih kuat lagi, namun hasilnya masih sama, mirta sama sekali tidak memberikan respon.

Cerita kedua menceritakan tentang seorang pelacur Bernama Jebris yang sangat dikenal oleh seluruh orang di kotanya. Jebris sudah beranak satu yang bisa jadi anak tersebut merupakan anak haram yang lahir dari rahimnya, namun tak tahu siapa bapaknya. Keberadaan Jebris membuat masyarakat di kota itu merasa sangat risih dan membencinya. Dulu terdapat sebuah dusun kumuh di kota tersebut, dusun itu dikenal sebagai tempat pelacuran. Semakin kesini, dusun pelacuran tersebut lama-lama hilang, mungkin karena para pelacur sudah lelah dengan petugas yang selalu tertuju untuk menangkap mereka. Namun kini, pelacuran itu datang Kembali. Jebris mengembalikan pelacuran di kota tersebut. Hal itu lah yang membuat Jebris sangat dibenci oleh hampir semua orang. Berbagai cara dilakukan warga kota untuk membuat Jebris bertaubat, namun aksi mereka selalu gagal. Beberapa peringatan sudah diterima jebris, namun masih saja ia tetap melakukan pelacuran tanpa rasa takut maupun menyesal. Pernah juga Jebris diberi nasihat oleh Pak Hansip, Jebris hanya menjawab dengan “ya,ya”. Bahkan Jebris menghidangkan segelas teh untuk pak hansip, namun setelah jebris menghidangkan teh tersebut, tak lama pak hansip langsung pergi tanpa sepatah kata pun. Bagaimana tidak, saat menghidangkan teh, Jebris hanya memakai baju batik tanpa kebaya dan rambut tergerai.

Pak RT juga pernah menegur Jebris bahkan mendatangi Jebris untuk memberi tahu Jebris untuk berhenti melacur. Namun Jebris tetap terus pulang subuh dengan pakaian yang biasa dikenakannya. Hal tersebut membuat orang-orang yang melihat berpikir bahwa tak ada yang peduli dengan Jebris. Pak RT dan orang disekitar jebris dianggap tidak menegur Jebris dan membiarkannya begitu saja. Satu-satunya orang yang merasa kasihan dengan Jebris di kota itu hanyalah Sar, istri Ratib. Sar adalah tetangga Jebris yang punya sumur sendiri. Tak jarang Jebris mengambil air dari sumur tersebut dan mandi di tempat Sar. Bagaimana Sar tidak begitu, Jebris ialah teman mainnya sejak kecil. Mereka selalu main Bersama walaupun tak jarang Jebris membuat Sar kesal. Entah karena ia selalu mengambil sabun Sar ataupun pakaian dalamnya dikenakan Jebris. Yang tambah bikin kesalnya lagi, Jebris beberapa kali membawa pria ke rumahnya sedangkan surau berada hanya beberapa Langkah dari rumahnya. Hal itu sangat menyakiti hari Sar. Namun saat Sar menceritakan hal itu kepada suaminya, suaminya tak dapat berkata-kata dan hanya tersenyum kaku. Sar pun tak juga bisa mengatakan kekesalannya, ia langsung teringat pengalaman mas kecilnya Bersama Jebris. Selain itu juga jebris adalah teman yang baik, ia setia dan patuh dengan Sar. Saat mereka kecil juga, Jebris tak pernah makan dengan lauk yang layak. Ia hanya selalu makan nasi dengan lauk biji lamtoro. “ apa enak?”, Sar bertanya pada Jebris. Dan jebris sellau menjawab “ Enak! Asal ga pake ikan asin soalnya cacing di perut bisa keluar, aku takut cacing”. Dari dahulu Sar tahu bahwa Jebris tidak mendapat hidup yang layak sepertinya. Ibunya meninggal saat ia masih 15 tahun, ia pun menikah dengan pedagang kios kelontong saat umurnya 16 tahun. Hidupnya dipenuhi berbagai aturan sejak itu. Hingga ia diceraikan suaminya. Jebris kelihatan sangat berat menghidupi diri, anak serta anaknya sakit-sakitan karena ia tak punya penghasilan apapun. Seorang pria tua berbaju kumuh datang menghampiri Ratib. Ternyata ia adalah ayah Jebris yang ingin meminta bantuan karena Jebris rupanya tertangkap petugas saat ia melacur. “ nak, Jebris sudah 2 hari tak pulang, tadi ada orang yang lihat jebris di kantor polisi, dihukum”. Awalnya Sar dan Ratib ragu untuk membantu, karena pastinya mereka akan risih jika seorang pelacur tinggal dirumahnya. Namun akhirnya mereka memutuskan untuk memberi empati pada Jebris.

Cerita selanjutnya menceritakan seseorang yang berulang kali ditipu oleh beberapa seniman dan berulang kali pula ia selalu saja tetap membantu. Ini adalah kali ketiga ia dimintai uang oleh seorang pria. Pria itu berkata bahwa ia harus pulang ke desa Cikokol untuk menemui anak satu-satunya. aku pun tetap memberikan uang ke pria tersebut walaupun hanya cukup untuk ongkos pergi.  tak peduli apakah benar ada desa Bernama cikokol.  tak peduli apakah anaknya yang katanya berada di cikokol benar-benar ada. tak peduli apakah aku hanya ingin menjadi seseorang yang dermawan. Yang terpenting adalah aku beri pria tersebut seribu rupiah. Pria tersebut memberikan pujian dan berkat sebagai balas jasa. Kemudian, Pria itu langsung bergegas menuju ke terminal bis. Tak lama setelahnya, seorang Wanita menghampiri lagi. Wanita itu berkata bahwa ia dikirim dari Yayasan panti asuhan di banyuwangi untuk meminta sumbangan untuk anak-anak di panti asuhan. Bahkan Wanita tersebut sampai menunjukkan dokumen legal. Tak peduli apakah benar adanya panti asuhan tersebut. Yang jelas tetap kuberikan uang seribu rupiah kepada Wanita tersebut. Setelah kuberikan uang tersebut, wajah Wanita itu jadi berseri, mungkin ia berpikir, mudah sekali menipu orang ini. Setelah Wanita itu pergi, seorang pria lain datang membawa 4 pisau dapur dan kain lap dan berkata bahwa barang tersebut dibuat oleh anak-anak cacat dari solo. Parahnya, pria itu ingin menjual barang tersebut dengan harga diatas rata-rata. Bahkan 3 kali dari harga pada umumnya. Terntunya dengan harga segitu tak mungkin aku terima begitu saja. aku tawar dengan harga yang termasuk sangat tinggi  senilai 12.000 rupiah. Awalnya pria itu menolak dan terus mencoba merayunya. Namun tetap ditolak. “jika kamu bingung, nih aku kasih 12.000 rupiah, di pasar, dengan harga segitu kamu bisa dapat barang itu semua dengan harga 4.000. nahkan kamu masih untung 8.000 loh”. Pada akhirnya pria itu terima dengan harga segitu walaupun pada awalnya terlihat dari raut wajahnya, ia masih agak ragu.

Dengan berbagai penipuan yang ada, aku bertanya-tanya mengapa orang tidak bisa menikmati indahnya berbagai penipuan yang terjadi? Bilang saja Wanita tadi yang mengaku kerja di panti asuhan di banyuwangi. Kalo dia tidak berbakat, dia tidak akan bisa berpura-pura bersikap sangat meyakinkan sesuai dengan karakternya. Kalo dia tidak bersikukuh dan teguh, ia tak akan berani meminta donasi dengan orang. Ia menggunakan keteguhan dan keberanian untuk menghadapi resiko dihina. Wanita tersebut menggabungkan Tiga factor tersebut sehingga menjadi sangat artistik. Bukankah itu sangat menarik untuk dinikmati? keesokan harinya aku bertemu kembali dengan penipu pertama di sebuah pasar. Terlihat bahwa pria tersebut mencoba untuk melakukan aksi penipuannya lagi dengan orang lain. Namun nampaknya, penipuannya itu gagal. Setelah itu, pria itu datang kemari dan mencoba untuk menipu untuk yang kedua kalinya. Ia tak sadar bahwa orang yang akan ditipunya adalah orang yang pernah ia tipu sebelumnya. “ pak, mohon maaf sebelumnya saya lagi ada masalah besar. Seseorang mencuri uang saya sedangkan saya harus beli obat untuk istri saya. Istri saya baru sa…”. Ia tiba-tiba berhenti dengan wajah malu luar biasa. “ oh! ini bapak, maaf ya pak saya bohong ke bapak dan saya mau bohong lagi”. Aku pun memberikan balasan yang santai. Pria itu langsung menawari uangku Kembali namun aku menolak.Aku penasaran apa yang terjadi jika pria itu tahu bahwa ada con artis yang jauh lebih baik. Aku percaya bahwa hanya con artis sesungguhnya yang bisa menyadari penipuannya.


Komentar

  1. Buku berjudul Kind-Looking Eyes yang berisi beberapa kumpulan cerita sastra karya Ahmad Tohari. Pada tulisan diatas, Penulis menceritakan 3 cerita dari buku Kind-Looking Eyes.

    Cerita pertama yang diceritakan oleh penulis menceritakan tentang Mirta, seorang pengemis buta yang bekerja keras untuk bertahan hidup di bawah terik nya matahari. Cerita ini menceritakan kehidupan Mirta bersama Tarsa yang selalu membantunya mengarahkan kemanapun Mirta melangkah. Namun, Tarsa justru tidak berlaku baik terhadap Mirta dan memanfaatkan kondisi Mirta untuk kepentingan nya sendiri. Bahkan tak jarang Tarsa justru sengaja membuat Mirta celaka apabila Mirta tidak melakukan apa yang Tarsa minta. Hingga di suatu hari yang terik, Tarsa meminta Mirta untuk membeli segelas lemon jus. Mirta mencoba untuk melepaskan diri dari Tarsa dan mencoba untuk hidup mandiri. Tetapi, kondisi nya yang lemah membuat nya terjatuh dan hilang kesadaran.
    Cerita kedua menceritakan tentang seorang pelacur bernama Jebris yang sangat dikenal oleh seluruh warga kotanya. Keberadaan Jebris membuat masyarakat di kota itu merasa sangat risih dan membencinya. Dulu terdapat sebuah dusun kumuh di kota tersebut, dusun itu dikenal sebagai tempat pelacuran. Semakin kesini, dusun pelacuran tersebut lama-lama hilang, mungkin karena para pelacur sudah lelah dengan petugas yang selalu tertuju untuk menangkap mereka. Namun kini, pelacuran itu datang Kembali. Jebris mengembalikan pelacuran di kota tersebut. Pak RT dan para warga lain sudah sering mengingatkan Jebris untuk bertaubat. Suatu saat ayah Jebris datang untuk meminta bantuan karena Jebris tertangkap oleh polisi ketika sedang melacur. Awalnya tetangga Jebris enggan, namun akhirnya mereka bersedia untuk membantu.
    Cerita selanjutnya menceritakan tentang seseorang yang sudah berulang kali ditipu tetapi berulang kali pula ia selalu saja tetap membantu. Dengan berbagai penipuan yang ada, tokoh aku bertanya-tanya mengapa orang tidak bisa menikmati indahnya berbagai penipuan yang terjadi. Padahal menurut dia, penipuan-penipuan yang dilakukan oleh orang-orang tersebut sangat menghibur karena trik-trik yang berbeda yang mereka lakukan. Orang-orang yang menipunya tak pernah sadar bahwa sebenarnya tokoh aku tahu bahwa mereka menipunya. Hingga suatu hari ada seorang penipu yang menyadari bahwa tokoh aku tahu bahwa ia berakting dan akhirnya meminta maaf dan berjanji tak akan berbohong lagi.

    Resume yang ditulis oleh penulis menceritakan 3 cerita dengan alur cerita yang berbeda. Di cerita pertama dan kedua, penulis menceritakan cerita dari bab tersebut dengan sudut pandang orang ketiga sehingga pembaca mudah dan merasa nyaman membaca karya tersebut. Namun di cerita ketiga, Penulis menggunakan sudut pandang orang pertama sehingga membuat pembaca meraa tidak nyaman dengan cerita yang disampaikan. Selain itu, ada juga bahasa-bahasa yang sulit dipahami dalam cerita tersebut seperti dalam paragraf terakhir. Apabila pembaca merupakan orang awam yang tidak pernah membaca cerita tersebut atau mungkin orang yang tidakpernah tahu tentang cerita sastra, maka paragraf tersebut akan sulit untuk dipahami. Kemudian, penulisan kata novel dalam kalimat Cerita pertama pada novel kind looking eyes ini berisi tentang... seharusnya diganti dengan buku karena sebenarnya karya sastra tersebut bukanlah novel melainkan kumpulan cerpen dalam sebuah buku.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

BULAN AQEELA KYANDHINI 06